......berbagi resep berbagi cerita......

12 May 2013

Diary Emak Rempong



 Embak Dodol!
Sebagai working mom tentunya saya sama dengan ibu-ibu bekerja pada umumnya yang  amat sangat ketergantungan dengan yang namanya embak or asisten or pembantu rumah tangga. Sudah tak terhitung lagi embak-embak yang silih berganti keluar masuk Rumah Maret, ada yang dalam bilangan 5 tahun, 3 tahun namun ada juga yang cuma dua bulan. Dari sisi status juga macem-macem, ada yang sudah ganda campuran (maksudku udah bersuami) ada yang belum menikah tapi udah punya anak, ada yang memang masih ting-ting (asli informasi yang ndak penting). Mulai dari Ratmi, Karti, Siti, Kokom, Ina, Sarni, Eni, dan Yuni.

Embak juga manusia! Barangkali berangkat dari istilah yang diinspirasi oleh Candil Seuriues ini agaknya lebih pas buat mengawali tuturku ini. Tak lebih tak kurang, ini cuma tentang kisah-kisah lucu para embak dengan tempat kejadian perkara di sekitaran Rumah Maret. 

Kisah lucu pertama tentang Ratmi, suatu malam tepat pukul 1 malam mati lampu dan karena baru beberapa menit mati semua belum ada yang menyadari, tiba-tiba pintu kamarku diketok-ketok oleh Ratmi, “Bu, gimana ini saya bangun tidur semua jadi gelap, mata saya kenapa ini Bu??”.

Aku yang baru menyadari mati lampu langsung buka pintu “ini mati lampu Mi, saya juga gelap semua orang juga gak bisa liat apa-apa kalo gelap gini”. Ratmi bergumam tak jelas, dan tanpa dosa berlalu ke kamarnya kembali tidur (oalaaah mimpiku jadi terputus).

Kisah lucu berikutnya tentang mbak Ina , PRT yang masih imut banget asal Sukabumi (baru lulus SMP dan belum pernah merantau). Melihat wajah polosnya aku langsung jatuh cinta, feelingku mengatakan kalau si embak ini akan bisa jadi partner bermainnya Syifa. Dan benar saja, semangat bermainnya luar biasa sampai –sampai aku pernah ditegur tetangga gara-gara ketika suatu sore Syifa dan anak-anak tetangga main kubangan, dia malah ikutan nemenin,  asik kodek-kodek air kotor itu pake kakinya (waduh). 

Masih tentang Mbak Ina, suatu pagi aku menyuruhnya beli nasi uduk, “bawa sepeda Na biar cepet” kataku. Setelah 20 menitan kutunggu2 gak muncul-muncul akhirnya aku berinisiatif menjemputnya. Dari ujung jalan kulihat Ina lagi menuntun sepeda dengan santainya.
Me         : Na, kok sepedanya dituntun, kempes ya?
Ina          : Saya nggak bisa naik sepeda bu, jadi dituntun.
Me         : @#$%^!@#% (oalaaah, lha mbok  ngomong tho nduk nduk)




Sore yang luar biasa panas diiringi suara ademnya Acha Septriasa---Sampai  Menutup Mata

No comments: