Jadi salah satu panitia pada acara Tarhib Ramadhan di kantor
menyisakan sebuah catatan untukku, tentunya jadi banyak belajar tentang
beragamnya sikap orang-orang disekelilingku.
Daku yang diserahi tugas
mencari pembicara dengan note : “harus begini harus begitu ….jangan yang
begini jangan yang begitu” jadi pusing tujuh keliling dari 2 minggu sebelumnya.
Puncaknya malam sebelum acara jadi deg-degan ampun-ampunan takut membuat kecewa
big boss dan takut beliau tidak berkenan dengan pembicara yang kupilih, mengingat
note-note tersebut di atas.
Saat sedang galau, tiba-tiba pren panitia bagian konsumsi Mbak Dewo gtok
dan setali tiga uang dia ternyata sedang cemas takut big boss gak berkenan
dengan konsumsi yang akan disajikan besok mengingat beberapa note-note juga
dari beliau. Yaelaaah klo udah begini jadi acara curhatan dan berakhir pada "ingin menangis dipundakmu atau dipangkuanmu dweeh" tentu tanpa solusi, dimana mataku mulai berasa ada yang mbandhuli.
Daripada gak jelas juntrungannya kuberanikan diri gtok “the other big
boss” yang biasanya selalu wise dan tentunya selalu solutif, kukatakan tentang
note2 big boss yang membingungkan dan mencemaskan itu, sederhana saja menurut
beliau intinya kita ini tidak akan bisa nyenangin dan nurutin kemauan orang,
dan niatnya bikin acara bukan buat
menyenangkan big boss atau audience jadi sepanjang sudah berusaha ya sudah. Tambahan ini juga kan acara tarhib
jadi niatnya harus dilurusin, dari niat nyenengin big boss jadi niat ibadah
ajah. (ternyata segampang ini urusannya mengapa gak kepikiran kesitu ya!)
Terinspirasi advice itu akhirnya kusampaikan sama Pren Mbak Dewo, yes
it is “Mbak kita rubah niat kita, niat kita bukan mau bikin seneng big boss
atau audience tapi kita niatkan sebagai ibadah saja karena ini acara tarhib bla….bla…bla.
Happy ending, kami berdua jadi merasa tenang…..pada beberapa sisi kadang
nasehat itu like aspirin ya…..menenangkan!
Yang lucu diujung percakapan sekitaran jam 8.30 an Mbak Dewo yang pengertian ini bilang “wis nduk
turuo, biasane yah mene wis molor”. Ha ha ha ha tau banget dia jadwal tidurku
yang selalu balapan sama Adzan Isya itu. Suwun mbak, habis itu langsung bleg
tidur dan sayangnya jam 12.30 sudah terjaga, seperti biasanya mati gaya sampe
pagi karena gak bisa tidur lagiii. Huaaaaa!
--------
Oke, sekarang saatnya resep, awalnya buka-buka buku Primarasa karena
mau cari resep sate lilit ala Bali Cuma kok terpikat dengan resep udang goreng
pelalah yang kayaknya cara masaknya gampang banget. Dan biasanya kalau udang
semuanya suka, agak bandel dikit melupakan diet asam urat ayah.
Seperti biasa pakenya udang AK 60 padahal diresep disarankan pake
udang AK 16, eeeet dah itu udang opo senjatanya TNI siih kok pake AK….AK…. For
Your Info ya jangan bosan, udang AK 60 itu artinya dalam sekilo gram isinya ada
60 udang klo AK 16 ya isinya 16 udang (di emol2 biasanya pake satuan ini).
Lalu kenapa pake AK 60 sementara resepnya bilang AK 16, sederhana saja
alasanku, aku paling males denagn udang yang guede-guede model AK 16 gitu soalnya
jadi gak bisa bedain “ini lagi makan udang apa makan singkong sih” ---no
offence please.
UDANG GORENG PELALAH (BALI)
Source: Primarasa—Dapur Nusantara
Bahan:
8 ekor (500g) udang ukuran besar
½ sdt garam
½ sdt lada bubuk
4 sdm santan kental
2 sdt air jeruk limau
2 sdm bawang goring
Bumbu halus:
8 butir bawang merah
2 siung bawang putih
4 buah cabe merah
2 butir kemiri sangrai
2 sdt terasi
½ sdt garam
1 sdt gula pasir
Cara membuat:
- Bersihkan udang, belah punggung keluarkan urat hitamnya. Olesi dengan
garam dan lada hingga rata.
- Panaskan minyak goreng dalam wajan, masukkan udang. Goreng hingga
udang berubah warna dan matang, angkat, sisihkan.
- Panaskan kembali 4 sdm minyak goring, masukkan bumbu halus aduk hingga
harum, bumbu matang serta bau langunya hilang.
- Masukkan santan dan air jeruk limau, aduk hingga bumbu berminyak,
angkat.
- Taruh udang diatas piring saji, tuang bumbu di atasnya, taburi
permukaannya dengan bawang goreng, hidangkan selagi panas.
dinarasikan bersama Once---Dealova, lagu kebangsaan saat long distance love sama hubby dulu! ----dan tiba-tiba teringat seorang sahabat sebelah kubik di kantor lama, dia menasehatiku "jangan memuja berlebihan mbak sama suaminya (come on pak??? itu hanya sebuah lagu yang kusetel berulang2) nanti kalo tiba2 terjadi sesuatu kamu akan seperti jatuh dari ketinggian kayak yang aku alami sekarang ini" Deg!! Naudzubillah dengan "sesuatu yang tiba2 terjadi" itu. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hal-hal buruk. Amin.