Acar kuning ini pas banget rasanya, segar dan warnanya cantik alami. Bikin acar timun dan wortel ini mau buat bawaan ke rumah Budhe Pur di Tambun karena bosen bawa brownis, bolu ma puding mulu. Tamunya bawa sayur sama lauk, yang punya rumah tinggal siapin sambel, tempe goreng sama nasi jadi acara curhatan sambil menangis dipangkuannnya ala telenopela jadi lebih panjang karena gak ditinggal-tinggal masak sama Budhe.
Gak tersinggung tuh dibawain lauk dan sayur, ya endaklah wong mbakyuku satu-satunya yang tersayang yang malang banget punya adek kayak aku yang ya ampyun teringat olehku ulahku waktu kecil dulu. Mbakku yang jadi wakil ortuku yang tinggal di Jakarta, pernah dipanggil Kepsep SD-ku gara2 daku kaplok-kaplokan (baca jambak-jambakan) sama temen perempuan karena temen perempuan tersebut berani menghina sohibku sebagai "umbelan" (dengan gaya mau muntah pula), muntab lah daku sebagai seorang sahabat dekat sehidup sematinya (ecieeee).
Dan layaknya pepatah jadul, right or wrong is my country maka Mbakku mati-matian belain adeknya ini, entah karena kengeyelan mbakku ini atau memang di mata para guru dakulah si biang kerok akhirnya diujung cerita daku di skors seminggu. Yang konyol dan bikin dongkol pak Kepsek adalah saat Mbakku malah nawar sekorsnya jadi 2 minggu saja (tanpa menjealaskan bahwa tujuannya minta tambahan waktu skors supaya sekalian aku bisa dikirim ke Cipinang (Ibu Bapak tinggal di Cipinang Jaktim) untuk dibina (sakan????). Kakak yang aneh dari adek yang juga aneh, wkkkkk!
Eeh sekarang saatnya si Budhe Pur takjub dengan masakanku (narji eeh narsis), dan acar timun ini enaaak, begitu testimoninya. Love you so much Mbak Pur yang sekarang kupanggil Budhe Pur sama kayak panggilannya anak-anakku.
Gak tersinggung tuh dibawain lauk dan sayur, ya endaklah wong mbakyuku satu-satunya yang tersayang yang malang banget punya adek kayak aku yang ya ampyun teringat olehku ulahku waktu kecil dulu. Mbakku yang jadi wakil ortuku yang tinggal di Jakarta, pernah dipanggil Kepsep SD-ku gara2 daku kaplok-kaplokan (baca jambak-jambakan) sama temen perempuan karena temen perempuan tersebut berani menghina sohibku sebagai "umbelan" (dengan gaya mau muntah pula), muntab lah daku sebagai seorang sahabat dekat sehidup sematinya (ecieeee).
Dan layaknya pepatah jadul, right or wrong is my country maka Mbakku mati-matian belain adeknya ini, entah karena kengeyelan mbakku ini atau memang di mata para guru dakulah si biang kerok akhirnya diujung cerita daku di skors seminggu. Yang konyol dan bikin dongkol pak Kepsek adalah saat Mbakku malah nawar sekorsnya jadi 2 minggu saja (tanpa menjealaskan bahwa tujuannya minta tambahan waktu skors supaya sekalian aku bisa dikirim ke Cipinang (Ibu Bapak tinggal di Cipinang Jaktim) untuk dibina (sakan????). Kakak yang aneh dari adek yang juga aneh, wkkkkk!
Eeh sekarang saatnya si Budhe Pur takjub dengan masakanku (narji eeh narsis), dan acar timun ini enaaak, begitu testimoninya. Love you so much Mbak Pur yang sekarang kupanggil Budhe Pur sama kayak panggilannya anak-anakku.
 |
| Rasanya seindah penampakannya |
ACAR KUNING
By fatmah bahalwan
 |
| Acar dan Ayam goreng mentega yang masih anget dibiarkan terbuka supaya ndak keringetan |
Bahan :
300 gr ketimun, buang biji, potong panjang
300 gr wortel, potong panjang
100 gr bawang merah kecil
100 gr cabe rawit merah
100 ml air
½ sdt garam
1 sdt gula pasir
4 sdm air jeruk lemon
4 sdm minyak goreng
300 gr ketimun, buang biji, potong panjang
300 gr wortel, potong panjang
100 gr bawang merah kecil
100 gr cabe rawit merah
100 ml air
½ sdt garam
1 sdt gula pasir
4 sdm air jeruk lemon
4 sdm minyak goreng
Bumbu, haluskan:
6 bh bawang merah
3 bh bawang putih
5 bh kemiri utuh, sangrai
1 ruas kunyit
Cara membuatnya:
- Panaskan minyak goreng, tumis bumbu halus hingga harum, tuangi air biarkan mendidih.
- Masukkan wortel aduk rata, masukkan lagi ketimun, bawang merah dan cabe rawit. Aduk rata biarkan semua bahan terlumuri bumbu, beri garam dan gula pasir, aduk rata dan cicip. Bila sudah cukup rasanya, matikan api.
- Tuang dalam wadah, beri air jeruk lemon, aduk sebentar. Sajikan.
 |  |  |
No comments:
Post a Comment