26 August 2013

SAMBAL BAJAK EBI With KEBUN RAYA STORY



Minggu lalu mengakhiri cuti setelah lebaran, seharian bekpeker-an sama anak-anak ke Bogor naik kereta, dengan gembolan bekal Afkar yang segambreng, bekal kakak segambreng, juga bekal emaknya setengah gambreng, total jenderal 2,5 gambreng. Sama sekali gak ribet soalnya modal utama yaitu hepi sudah  tertancap kuat di dada kami masing-masing termasuk si beby Afkar yang dari semalam sebelumnya sudah dikasih tau “besok jalan-jalan naik kereta ya”. Dan subuh-subuh  Afkarpun sudah ribut minta mandi katanya mau naik kereta, ha ha ha semangat banget dia.

Ternyata Bogor itu jauh ya boo, 1,5 jam dari Manggarai tapi berhubung ini naik kereta ya gak terasa membosankan apalagi buatku bahagianya anak2 adalah bahagia emaknya juga. Transportasi yang sekarang paling murah ya kereta ini, bayangkan dari rumah (Buaran—Duren Sawit) sampai Bogor cuma 4500 perak. Trus dibawah 3 tahun gretong. Wow bisa kaya mendadak nih klo wisatanya yang model murmer gini tiap minggu.

Turun dari kereta beli roti dulu ke Pabrik Roti Superoti yang ada di seberang setasiun sebelahan sama Taman Topi, rotinya puanas2 baru keluar dari oven hmmmm wangi dan empuk. Lalu carter becak muter2 kebon raya sambil makan roti anget tentunya sambil empet-empetan bertiga (Afkar ribut minta duduk sendiri gak mau dipangku padahal becaknya sempit---ealah nyalahin becak sempit padahal bodynya yang naek yang kelebaran wkkkkw). 

Lagi hepi2 terdengar dengusan pengayuh becaknya, deggggg jadi berasa kejam banget, enak-enakan makan sambil ketawa ketiwi sementara belakang ada yang ngayuh full power (romusa banget daku). Terbayanglah olehku jaman penjajahan dulu dimana sibangsawan ditandu dengan muka congkak sementara yang nandu ngos ngosan berpeluh2), ampuuun langsung turun dan bilang sama anak2 “kita jalan kaki aja dipinggiran danau”. Kesimpulannya, BECAK MEMANG TAK CUKUP MANUSIAWI JADI ALAT TRASPORTASI jadi setuju bila dihapus secara menyeluruh. 

Puas puasin poto poto di Kebun Raya, di pingir jalan, di stasiun, diangkot di mana saja. Bekal digelar, saatnya emak santai bantai gtok-an dulu sama ayah sementara Syifa momong adeknya ubera-uberan bola dipinggiran danau.

Terlintas sebentar, seandainya masih ada Milta maka sungguh sempurna potret kebersamaan itu, tapi buru2 aku hapus ingatan itu karena aku nggak mau jadi manusia tidak tau terima kasih, bukankah Milta sudah punya taman bermain yang luas di surga sana lagipula Syifa dan Afkar sudah amat sangat membahagiakanku. Alhamdulilah, maka nikmat Tuhan-Mu yang mana lagi yang hendak kamu dustakan? (Salah satu ayat dalam surrah Ar-Rahman ini walo sering dilafadzkan tetap saja meninggalkan haru yang tak terkira-kira). Tks Allah atas semuanya!
----------------------
Resep yang mau kuposting kali ini masih berkutat di sekitaran sambel, ya ampun maafkan ya sambel lagi, heran sendiri setelah lihat-lihat foto-foto ternyata bulan ini banyak eksplor resep-resep sambel dan semuanya enak dan recomended.

Sambel Bajak Ebi ini terinspirasi oleh tukang ayam goreng kalasan di sekitaran Pasar Perumnas yang udah jadi langganan sejak di rumah lama dulu. Ngobrol-ngobrol sama bapaknya yang jual tiba-tiba si bapak curhat: “sambel saya segini ini mbak beli bahannya bisa habis 500.000-an padahal sambel ini kan cuma tambahan ayam gak mungkin saya hargai sendiri”. Lalu aku tanya memang bahannya selain bahan sambel ada bahan apaan lagi, dan ini dia buka rahasia “saya sambelnya pake ebi mbak, makanya enak dan beda sama tukang-tukang lain” wowwww rupanya ini tho yang bikin kami ketagihan sama sambelnya yang enak gila itu.

Tak mau mati penasaran besokannya kubuatlah sambel ebi ini setelah sebelumnya cari-cari resepnya dan sreg dengan resepnya SAJI dalam buku berjudul SAMBAL FAVORIT KELUARGA. Namun dibanding sambel ebinya si bapak, sambel ini lebih kesat dan tahan lama (punya si bapak encer dan cepat basi). Kalo mau bikin untuk sehari saja sih better ditambahkan tomatnya dan sedikit air, tapi kalau untuk stok baiknya biar awet sih ya sesuai resep saja kayak yang kubuat ini.

SAMBAL BAJAK EBI
Source: SAJI 
 
Bahan:
2 cm lengkuas, dimemarkan
1 batang serai, diambil putihnya dimemarkan
2 lembar daun salam
1 buah (100 garm) tomat, dipotong-potong
¾ sdt garam
½ sdt asam jawa
2 sdt gula merah sisir
150 ml minyak untuk menumis

Bumbu ulek halus:
8 buah (30 gram) cabe merah keriting
4 buah (10 gram) cabe rawit merah
8 butir (80 gram) bawang merah
2 siung (14 gram) bawang putih
3 sdm ebi sangrai

Cara membuat:

  1. Panaskan minyak. Tumis bumbu ulek halus, lengkuas, serai dan daun salam sampai harum 
  2. Masukkan tomat, tumis sampai layu. Tambahkan garam, asam jawa dan gula merah. Masak sampai matang.

Tips:
Tumis bumbu sampai benar-benar harum baru masukkan gula merah agar sambal tidak cepat hangus

 
Menarasikan resep sambil menghabiskan malam yang ternyata masih akan sangat panjang ini!

No comments:

Post a Comment